A. Pengertian
Sistem Koloid
Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang
keadaannya terletak antara larutan dan
suspensi (campuran kasar). Sistem koloid
memiliki ukuran diantara larutan dan suspensi , tidak jernih tetapi tidak
memisah jika didiamkan, dan tidak dapat dipisahkan dengan cara
penyaringan.
·
Apabila suatu zat
dicampur dengan zat lain akan terjadi penyebaran secara merat dari zat satu ke
zat yang lain yang disebut debgan sistem dispersi.
·
Sistem dispersi
adalah pencampuran secara merata antara dua zat atau lebih. Sistem disperse
terdiri dari dua bagian, yaitu fase terdispersi (komponen yang jumlahnya lebih
sedikit) dan pendispersi (komponen yang jumlahnya banyak). Berdasarkan
perbedaan ukuran zat yang terdispersi.
Sistem dispersi dibedakan menjadi larutan koloid
dan suspensi.
1. Larutan
Larutan
merupakan campuran yang bersifat homogen. Ukuran partikel zat terlarut di dalam
suatu larutan lebih kecil 10-7 (<1nm)>.
2. Suspensi
Suspensi
adalah disperse zat padat dalam air atau campuran heterogen yang terdiri dari
partikel-partikel padat dalam suatu cairan yang bila dibiarkan akan mengendap
ke bawah karena pengaruh gravitasi. Zat terdispersi pada suspensi merupakan zat
padat berukuran cukup besar. Oleh karena zat terdispersi memiliki ukuran yang
cukup besar, medium pendispersi (air) tidak mampu menahannya sehingga padatan
tersebut mengendap. Ukuran partikel zat yang terdispersi dalam suspensi lebih
besar dari 10-5 cm (> 100 nm) sehingga masih dapat diamati. Contoh : pasir
dilarutkan dalam air.
3. Koloid
Koloid disebut
juga disperse koloid atau suspensi koloid, adalah campuran yang ukuran
partikelnya terletak antara suspensi dan larutan sejati. Ukuran partikel koloid
lebih kecil dibandingkan partikel-partikel suspensi, tetapi lebih besar
dibandingkan partikel-partikel larutan. Ukuran partikel koloid antara 10-7 -
10-5 cm (1 nm – 100 nm).
B. Jenis-jenis
Koloid
Koloid merupakan suatu sistem yang terdiri dari dua
fase yaitu fase terdispersi dan fase pendispersi (medium pendispersi).
Berdasarkan fase terdispersi dan fase pendispersinya, koloid
dikelompokkan menjadi 8 jenis koloid, seperti yang tercantum dalam tabel
berikut.
No
|
Fase
Terdispersi
|
Medium
Pendispersi
|
Nama Kolid
|
Contoh
|
1.
|
Padat
|
Padat
|
Sol padat
|
Gelas berwarna, intan hitam, paduan logam
|
2.
|
Padat
|
Cair
|
Sol
|
Sol emas, sol belerang, tinta, cat, tanah liat
|
3.
|
Padat
|
Gas
|
Aerosol
Padat
|
Asap (smoke), debu
|
4.
|
Cair
|
Gas
|
Aerosol Cair
|
Kabut (fog), awan, embun
|
5.
|
Cair
|
Cair
|
Emulsi
|
Susu, santan, minyak ikan, mayonnaise
|
6.
|
Cair
|
Padat
|
Emulsi
Padat
|
Jelly, mutiara, keju, mentega, nasi
|
7.
|
Gas
|
Cair
|
Buih/busa
|
Buih sabun, krim kocok, pasta
|
8.
|
Gas
|
Padat
|
Buih padat
|
Karet busa, batu apung, styrofoam, kerupuk
|
Penggolongan
sistem koloid didasarkan pada jenis fase pendispersi dan fase terdispersi
1. Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat padat disebut aerosol padat. Contoh aerosol padat : debu buangan knalpot. Sedangkan zat yang terdispersi berupa zat cair disebut aerosol cair. Contoh aerosol cair : hairspray dan obat semprot.
Untuk menghasilkan aerosol diperlukan suatu bahan pendorong (propelan aerosol). Contoh propelan aerosol yang banyak digunakan yaitu CFC dan CO2.
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat padat disebut aerosol padat. Contoh aerosol padat : debu buangan knalpot. Sedangkan zat yang terdispersi berupa zat cair disebut aerosol cair. Contoh aerosol cair : hairspray dan obat semprot.
Untuk menghasilkan aerosol diperlukan suatu bahan pendorong (propelan aerosol). Contoh propelan aerosol yang banyak digunakan yaitu CFC dan CO2.
2. Sol
Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut sol. Contoh sol : putih telur, air lumpur, tinta, cat dan lain-lain. Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat padat disebut sol padat. Contoh sol padat : perunggu, kuningan, permata (gem).
Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut sol. Contoh sol : putih telur, air lumpur, tinta, cat dan lain-lain. Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat padat disebut sol padat. Contoh sol padat : perunggu, kuningan, permata (gem).
3. Emulsi
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain disebut emulsi. Sedangkan sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat padat disebut emulsi padat dan sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam gas disebut emulsi gas. Syarat terjadinya emulsi yaitu kedua zat cair tidak saling melarutkan.
Emulsi digolongkan ke dalam 2 bagian yaitu emulsi minyak dalam air dan emulsi air dalam minyak.. Contoh emulsi minyak dalam air : santan, susu, lateks. Contoh emulsi air dalam minyak : mayonnaise, minyak ikan, minyak bumi. Contoh emulsi padat : jelly, mutiara, opal.
Emulsi terbentuk karena pengaruh suatu pengemulsi (emulgator). Misalnya sabun dicampurkan kedalam campuran minyak dan air, maka akan diproleh campuran stabil yang disebut emulsi.
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain disebut emulsi. Sedangkan sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat padat disebut emulsi padat dan sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam gas disebut emulsi gas. Syarat terjadinya emulsi yaitu kedua zat cair tidak saling melarutkan.
Emulsi digolongkan ke dalam 2 bagian yaitu emulsi minyak dalam air dan emulsi air dalam minyak.. Contoh emulsi minyak dalam air : santan, susu, lateks. Contoh emulsi air dalam minyak : mayonnaise, minyak ikan, minyak bumi. Contoh emulsi padat : jelly, mutiara, opal.
Emulsi terbentuk karena pengaruh suatu pengemulsi (emulgator). Misalnya sabun dicampurkan kedalam campuran minyak dan air, maka akan diproleh campuran stabil yang disebut emulsi.
4. Buih
Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair disebut buih, sedangkan sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat padat disebut buih padat.Buih digunakan dalam proses pengolahan biji logam dan alat pemadam kebakarn. Contoh buih cair : krim kocok (whipped cream), busa sabun. Contoh buih padat : lava, biskuit.
Buih dapat dibuat dengan mengalirkan suatu gas ke dalam zat yang mengandung pembuih dan distabilkan oleh pembuih seperti sabun dan protein. Ketika buih tidak dikehendaki, maka buih dapat dipecah oleh zat-zat seperti eter, isoamil dan alkohol.
Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair disebut buih, sedangkan sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat padat disebut buih padat.Buih digunakan dalam proses pengolahan biji logam dan alat pemadam kebakarn. Contoh buih cair : krim kocok (whipped cream), busa sabun. Contoh buih padat : lava, biskuit.
Buih dapat dibuat dengan mengalirkan suatu gas ke dalam zat yang mengandung pembuih dan distabilkan oleh pembuih seperti sabun dan protein. Ketika buih tidak dikehendaki, maka buih dapat dipecah oleh zat-zat seperti eter, isoamil dan alkohol.
5. Gel
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat padat dan bersifat setengah kaku disebut gel. Gel dapat terbentuk dari suatu sol yang zat terdispersinya mengadsropsi medium dispersinya sehingga terjadi koloid yang agak padat. Contoh gel : agar-agar, semir sepatu, mutiara, mentega.
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat padat dan bersifat setengah kaku disebut gel. Gel dapat terbentuk dari suatu sol yang zat terdispersinya mengadsropsi medium dispersinya sehingga terjadi koloid yang agak padat. Contoh gel : agar-agar, semir sepatu, mutiara, mentega.
Campuran gas
dengan gas tidak membentuk sistem koloid tetapi suatu larutan sebab semua gas
bercampur baik secara homogen dalam segala perbandingan.
C. Sifat-Sifat
Koloid
a.
|
Efek
Tyndall
Efek Tyndall adalah efek penghamburan cahaya oleh partikel koloid. |
||||
b.
|
Adsorbsi
Beberapa partikel koloid mempunyai sifat adsorbsi (penyerapan) terhadap partikel atau ion atau senyawa yang lain. |
||||
|
|||||
c.
|
Gerak
Brown
Gerak Brown adalah gerak acak, gerak tidak beraturan dari partikel koloid. |
||||
d.
|
Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan. |
e. Koloid Pelindung
·
Merupakan koloid yang dapat berfungsi sebagai
pelindung bagi koloid lain
·
Koloid liofil bersifat lebih stabil daripada
koloid liofob, sehingga koloid liofil berfungsi sebagai koloid pelindung
·
Contoh gelatin pada es krim untuk mencegah
pembentukan kristal besar es atau gula.
f. Dialisis
Merupakan cara pemisahan
partikel-partikel koloid dari ion-ion atau molekul sederhana menggunakan
selaput semipermeabel contoh : kertas selofan, usus kambing. Mesin dialisis
dapat digunakan untuk alat cuci darah
g. Adsorsi
Koloid
Adsorbsi
Koloid adalah penyerapan zat atau ion pada permukaan koloid.
Sifat
adsorbs digunakan dalam proses:
1. Pemutihan gula tebu.
2. Norit.
3. Penjernihan air.
1. Pemutihan gula tebu.
2. Norit.
3. Penjernihan air.
Contoh:
koloid antara obat diare dan cairan dalam usus yang akan menyerap kuman
penyebab diare.
Koloid Fe(OH)3 akan mengadsorbsi ion H+ sehingga menjadi bermuatan (+). Adanya muatan senama maka koloid Fe(OH), akan tolak-menolak sesamanya sehingga partikel-partikel koloid tidak akan saling menggerombol. Koloid As2S3 akan mengadsorbsi ion OH- dalam larutan sehingga akan bermuatan (-) dan tolak-menolak dengan sesamanya, maka koloid As2S3 tidak akan menggerombol.
Koloid Fe(OH)3 akan mengadsorbsi ion H+ sehingga menjadi bermuatan (+). Adanya muatan senama maka koloid Fe(OH), akan tolak-menolak sesamanya sehingga partikel-partikel koloid tidak akan saling menggerombol. Koloid As2S3 akan mengadsorbsi ion OH- dalam larutan sehingga akan bermuatan (-) dan tolak-menolak dengan sesamanya, maka koloid As2S3 tidak akan menggerombol.
D.Koloid Liofil dan Liofob
Koloid
ini terjadi pada sol. Sol liofil adalah koloid yang fase terdispersinya suka (dapat
mengikat) pada cairan (fase pendispersinya). Sol liofob adalah koloid yang fase
terdispersinya tidak suka paca cairan (fase pendispersinya) pada koloid liofil
pengikatan medium pendispersi disebabkan oleh gaya tarik menarik (berupa gaya
elektrostatik) pada setiap ujung gugus molekul terdispersi.
Sol liofob/ hidrofob mudah terkoagulasi dengan sedikit penambahan elektrolit, tetapi menjadi lebih stabil jika ditambahkan koloid pelindung yaiut koloid liofil.
Berikut ini penjelasan yang lebih lengkap mengenai koloid liofil dan liofob:
Sol liofob/ hidrofob mudah terkoagulasi dengan sedikit penambahan elektrolit, tetapi menjadi lebih stabil jika ditambahkan koloid pelindung yaiut koloid liofil.
Berikut ini penjelasan yang lebih lengkap mengenai koloid liofil dan liofob:
·
Koloid liofil (suka cairan) adalah koloid di mana
terdapat gaya tarik-menarik yang cukup besar antara fase terdispersi dan medium
pendispersi. Contoh, disperse kanji, sabun, deterjen
·
Koloid liofob (tidak suka cairan) adalah koloid di
mana terdapat gaya tarik-menarik yang lemah atau bahkan tidak ada sama sekali
antar fase terdispersi dan medium pendispersinya. Contoh: dispersi emas,
belerang dalam air
Sifat-Sifat
|
Sol Liofil
|
Sol Liofob
|
Pembuatan
|
Dapat
dibuat langsung dengan mencampurkan fase terdispersi dengan medium
terdispersinya
|
Tidak
dapat dibuat hanya dengan mencampur fase terdispersi dan medium pendisperinya
|
Muatan
partikel
|
Mempunyai
muatan yang kecil atau tidak bermuatan
|
Memiliki
muatan positif atau negative
|
Adsorpsi
medium pendispersi
|
Partikel-partikel
sol liofil mengadsorpsi medium pendispersinya. Terdapat proses solvasi/
hidrasi, yaitu terbentuknya lapisan medium pendispersi yang teradsorpsi di
sekeliling partikel sehingga menyebabkan partikel sol liofil tidak saling
bergabung
|
Partikel-partikel
sol liofob tidak mengadsorpsi medium pendispersinya. Muatan partikel
diperoleh dari adsorpsi partikel-partikel ion yang bermuatan listrik
|
Viskositas
(kekentalan)
|
Viskositas
sol liofil > viskositas medium pendispersi
|
Viskositas
sol hidrofob hampir sama dengan viskositas medium pendispersi
|
Penggumpalan
|
Tidak
mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit
|
Mudah
menggumpal dengan penambahan elektrolit karena mempunyai muatan
|
Sifat
reversibel
|
Reversibel,
artinya fase terdispersi sol liofil dapat dipisahkan dengan koagulasi,
kemudian dapat diubah kembali menjadi sol dengan penambahan medium
pendispersinya
|
Irreversibel
artinya sol liofob yang telah menggumpal tidak dapat diubah menjadi sol
|
Efek
Tyndall
|
Memberikan
efek Tyndall yang lemah
|
Memberikan
efek Tyndall yang jelas
|
Migrasi
dalam medan listrik
|
Dapat
bermigrasi ke anode, katode, atau tidak bermigrasi sama sekali
|
Akan
bergerak ke anode atau katode, tergantung jenis muatan partikel
|
E. Peranan Koloid dalam Kehidupan
a. Mengurangi polusi udara
Gas buangan pabrik yang mengandung asap dan
partikel berbahaya dapat diatasi dengan menggunakan alat yang disebut pengendap
cottrel. Prinsip kerja alat ini
memanfaatkan sifat muatan dan penggumpalan koloid
sehingga gas yang dikeluarkan ke udara telah bebas dari asap dan partikel
berbahaya
Pengendap Cottrel ini banyak digunakan dalam
industri untuk dua tujuan, yaitu mencegah polusi udara oleh buangan beracun dan
memperoleh kembali debu yang berharga (misalnya debu logam).
b. Penggumpalan lateks
Getah karet dihasilkan dari pohon karet atau
hevea. Getah karet merupakan sol, yaitu dispersi koloid fase padat dalam
cairan. Karet alam merupakan zat padat yang molekulnya sangat besar (polimer).
Partikel karet alam terdispersi sebagai partikel koloid dalam sol getah
karet. Untuk mendapatkan karetnya, getah karet harus dikoagulasikan agar karet menggumpal
dan terpisah dari medium pendispersinya. Untuk mengkoagulasikan getah
karet, biasanya digunakan asam formiat; HCOOH atau asam asetat; CH3COOH. Larutan
asam pekat itu akan merusak lapisan pelindung yang mengelilingi partikel karet.
Sedangkan ion-ion H+-nya akan menetralkan muatan partikel karet sehingga karet
akan menggumpal.
Untuk
menjaga kestabilan sol lateks, getah karet dicampur dengan larutan amonia; NH3.
Larutan amonia yang bersifat basa melindungi partikel karet di dalam sol lateks
dari zat-zat yang bersifat asam sehingga sol tidak menggumpal.
c. Membantu pasien gagal ginjal
Proses dialisis untuk memisahkan
partikel-partikel koloid dan zat terlarut merupakan dasar bagi pengembangan
dialisator. Penerapan dalam kesehatan adalah sebagai mesin pencuci darah untuk
penderita gagal ginjal. Ion-ion dan molekul kecil dapat melewati selaput
semipermiabel dengan demikian pada akhir proses pada kantung hanya
tersisa koloid saja. Dengan melakukan cuci darah yang memanfaatkan
prinsip dialisis koloid, senyawa beracun seperti urea dan keratin dalam darah
penderita gagal ginjal dapat dikeluarkan. Darah yang telah bersih kemudian
dimasukkan kembali ke tubuh pasien.
d. Penjernihan air
Untuk memperoleh air bersih perlu dilakukan
upaya penjernihan air. Kadang-kadang air dari mata air seperti sumur gali
dan sumur bor tidak dapat dipakai sebagai air bersih jika tercemari. Air
permukaan perlu dijernihkan sebelum dipakai. Upaya penjernihan air dapat
dilakukan baik skala kecil (rumah tangga) maupun skala besar seperti yang
dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Pada dasarnya penjernihan
air itu dilakukan secara bertahap. Mula-mula mengendapkan atau menyaring bahan-bahan
yang tidak larut
dengan saringan pasir. Kemudian air yang telah disaring ditambah zat kimia, misalnya tawas atau aluminium sulfat dan kapur agar kotoran menggumpal dan selanjutnya mengendap, dan kaporit atau kapur klor untuk membasmi bibit-bibit penyakit. Air yang dihasilkan dari penjernihan itu, apabila akan dipakai sebagai air minum, harus dimasak terlebih dahulu sampai mendidih beberapa saat lamanya.
dengan saringan pasir. Kemudian air yang telah disaring ditambah zat kimia, misalnya tawas atau aluminium sulfat dan kapur agar kotoran menggumpal dan selanjutnya mengendap, dan kaporit atau kapur klor untuk membasmi bibit-bibit penyakit. Air yang dihasilkan dari penjernihan itu, apabila akan dipakai sebagai air minum, harus dimasak terlebih dahulu sampai mendidih beberapa saat lamanya.
Untuk memperjelas tentang penjernihan air
perhatikan gambar 9.13 berikut!
Proses pengolahan air tergantung pada mutu
baku air (air belum diolah), namun pada dasarnya melalui 4 tahap
pengolahan. Tahap pertama adalah pengendapan, yaitu air baku dialirkan
perlahan-lahan sampai benda-benda yang tak larut mengendap. Pengendapan
ini memerlukan tempat yang luas dan waktu yang lama. Benda-benda yang
berupa koloid tidak dapat diendapkan dengan cara itu.
Pada tahap kedua, setelah suspensi
kasar terendapkan, air yang mengandung koloid diberi zat yang dinamakan
koagulan. Koagulan yang banyak digunakan adalah aluminium sulfat,
besi(II)sulfat, besi(III)klorida, dan klorinasi koperos
(FeCl2Fe2(SO4)3). Pemberian
koagulan selain untuk mengendapkan partikel-partikel koloid, juga untuk
menjadikan pH air sekitar 7 (netral). Jika pH air berkisar antara 5,5–6,8,
maka yang digunakan adalah aluminium sulfat, sedangkan untuk senyawa besi
sulfat dapat digunakan pada pH air 3,5–5,5.
Pada tahap ketiga, air yang telah
diberi koagulan mengalami proses pengendapan, benda-benda koloid yang telah
menggumpal dibiarkan mengendap. Setelah mengalami pengendapan, air tersebut
disaring melalui penyaring pasir sehingga sisa endapan yang masih terbawa di
dalam air akan tertahan pada saringan pasir tersebut.
Pada tahap terakhir, air jernih yang
dihasilkan diberi sedikit air kapur untuk menaikkan pHnya, dan untuk membunuh
bakteri diberikan kalsium hipoklorit (kaporit) atau klorin (Cl2).
e.
Sebagai deodoran
Deodoran mengandung aluminium klorida yang
dapat mengkoagulasi atau mengendapkan protein dalam keringat.endapan protein
ini dapat menghalangi kerja kelenjer keringat sehingga keringat dan potein yang
dihasilkan berkurang.
f.
Sebagai bahan makanan dan obat
Ada zat-zat yang tidak larut dalam air
sehingga harus dikemas dalam bentuk koloid sehingga mudah diminum. Contohnya
obat dalam bentuk kapsul.
g.
Sebagai bahan kosmetik
Ada berbagai bahan kosmetik kosmetik berupa
padatan, tetapi lebih baik digunakan dalam bentuk cairan. Untuk itu biasanya
dibuat berupa koloid dengan tertentu.
h.
Sebagai bahan pencuci
Prinsip koloid juga digunakan dalam proses
pencucian dengan sabun dan detergen. Dalam pencucian dengan sabun atau
detergen, sabun/ detergen berfungsi sebagai emulgator. Sabun/detergen akan
mengemulsikan minyak dalam air sehingga kotoran-kotoran berupa lemak atau
minyak dapat dihilangkan dengan cara pembilasan dengan air.
F. Pembuatan Koloid
1. Cara Kondensasi
Cara Kondensasi dilakukan melalui reaksi kimia
seperti reaksi redoks, reaksi hidrolisis, reaksi dekomposisi rangkap, dan
reaksi pergantian pelarut.
a.
Reaksi Redoks
Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai
perubahan bilangan oksidasi. Pembuatan sol belerang dari reaksi antara hidrogen
sulfida (H 2 S) dengan belerang dioksida (SO 2 ), yaitu dengan mengalirkan gas
H2S kedalam larutan SO2.
2H 2 S (g) +
SO 2 (aq) → 2H 2 O (l) + 3S (s)
b. Reaksi Hidrolisis
Misalnya larutan natrium tiosulfat
direaksikan dengan larutan asam klorida , maka akan terbentuk belerang.
Partikel belerang akan bergabung menjadi semakin besar sampai berukuran koloid
sehingga terbentuk sel belerang. Seperti reaksi :
Na 2 SO 3 (aq) +
2HCl (aq) →2 NaCl (aq) + H 2 O (l) +
S (s)
c. Reaksi Substitusi
Misalnya
larutan natrium tiosulfat direaksikan dengan larutan asam klorida , maka akan
terbentuk belerang. Partikel belerang akan bergabung menjadi semakin besar
sampai berukuran koloid sehingga terbentuk sel belerang. Seperti reaksi
Na 2 SO 3 (aq) +
2HCl (aq) →2 NaCl (aq) + H 2 O (l) +
S (s)
d. Reaksi Dekomposisi Rangkap
Contohnya
adalah pembuatan sol As 2 S 3 dengan mereaksikan larutan H 3 AsO 3 dengan
larutan H 2 S. Reaksinya adalah sebagai berikut:
2H 3 AsO 3 (aq) +
3H 2 S (aq) → As 2 S 3 (s) + 6H 2 O (l)
e. Penggantian Pelarut
Cara ini
dilakukan dengan menggnti medium pendispersi sehingga fase terdispersi yang
semula larut menjadi berukuran koloid. Misalnya larutan jenuh kalsium asetat
jika dicampur dengan alcohol akan terbentuk suatu koloid berupa gel.
2. Cara Dispersi
Dengan cara dispersi partikel kasar dipecah menjadi
partikel koloid. Cara dispersi dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi, atu
dengan loncatan bunga listrik(busur bredig).
1) Cara mekanik
Dengan cara ini, butir-butir kasar
digerus dengan lumpang, sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu, kemudian
diaduk dengan medium pendispersi. Contoh pembuatan sol belerang dengan
menggerus serbuk belerang bersama zat inert seperti gula pasir, kemudian
mencampur dengan air.
2) Cara peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari
butir-butir kasar atau dari suatu endapan dengan bantuan zat pemecah
(pemeptisasi).
3) Cara busur bredig
Cara busur bredig digunakan untuk membuat
sol-sol logam. Logam yang akan dijadikan koloid digunakan sebagai elktrode yang
dicelupkan kedalam medium dispersi, kemudian diberi loncatan listrik dikedua
ujungnya. Mula-mula atom logam akan terlempar kedalam air,lalu atom tersebut
mengalami kondensasi sehingga membentuk partikel koloid. Jadi cara busur bredig
ini merupakan gabungan cara disperse dan kondensasi
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar